MusiEkspress.Com | JSCgroupmedia ~ Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Belitung Timur, Hendro, tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya setelah mengikuti Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII yang akan diselenggarakan di Pangkal Pinang pada November 2026 mendatang.
Dalam rapat yang berlangsung pada Rabu (15/10/2025) di Ruang Pertemuan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disparbudkepora) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ada sejumlah keputusan yang mengejutkan dan mengecewakan, khususnya terkait dengan pembatalan sejumlah cabang olahraga (cabor) yang selama ini dipersiapkan dengan matang oleh KONI Kabupaten/Kota di seluruh Babel.
Dari hasil Rakornis tersebut, hanya ada 18 cabang olahraga yang akan dipertandingkan pada Porprov VII 2026, yang meliputi atletik, pencak silat, menembak, taekwondo, renang, bulutangkis, karate, tenis, bola basket, sepak bola putra, biliar, catur, drum band, panahan, bola voli/voli pasir, tinju, balap sepeda, dan gulat.
Namun, dua cabang olahraga, yakni biliar dan voli/voli pasir, masih harus melalui kejuaraan daerah (Kejurda) atau Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) pada tahun 2025 sebelum bisa dipastikan masuk dalam daftar pertandingan.
Sementara itu, sejumlah cabor yang sebelumnya dijadwalkan untuk dipertandingkan, seperti senam, panjat tebing, tenis meja, sepak takraw, barongsai, bridge, dan wushu, diputuskan untuk tidak dipertandingkan pada Porprov VII 2026.
Hal ini menjadi perhatian serius bagi Hendro, yang merasa kebijakan ini bisa merugikan perkembangan olahraga di provinsi yang selama ini sudah menyiapkan banyak atlet dan pelatih untuk berkompetisi.
“Ini yang Membuat Olahraga Kita Tidak Akan Maju”
Hendro mengungkapkan kekecewaannya secara terbuka, bahkan di hadapan ribuan penonton yang hadir dalam acara Pembukaan Turnamen Bola Voli Liga Beltim I 2025 di GOR Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kecamatan Damar, pada Senin (20/10/2025) lalu.
Saat itu, ia menyatakan bahwa keputusan yang diambil dalam Rakornis justru semakin memperburuk kondisi olahraga di Kepulauan Bangka Belitung.
“Inilah yang harus menjadi perhatian kita selama ini. Kalau begini caranya olahraga, khususnya di Bangka-Belitung, ini nggak akan maju-maju,” sesalnya dengan nada yang penuh kekesalan.
Hendro menyebutkan bahwa beberapa cabang olahraga yang kini diputuskan tidak dipertandingkan, seperti senam dan panjat tebing, adalah cabang yang bahkan dipertandingkan di tingkat nasional (PON), baik yunior maupun senior.
Padahal, menurutnya, cabang-cabang tersebut memiliki potensi besar untuk berprestasi di level provinsi.
“Cabor-cabor seperti senam dan panjat tebing ini sudah dipertandingkan di tingkat PON, tapi di provinsi kita malah tidak diperhatikan.
Ini kan aneh. Kami merasa kecewa,” jelas Hendro, yang merasa keputusan ini tidak hanya berdampak pada KONI, tetapi juga para atlet dan pelatih yang telah mempersiapkan diri selama berbulan-bulan untuk bertanding di Porprov 2026.
Politik dan Pembatalan Cabor: Drama yang Menghambat Kemajuan
Dalam kesempatan tersebut, Hendro juga menyinggung soal potensi adanya permainan politik dalam pengambilan keputusan mengenai cabang olahraga yang dipertandingkan.
“Makanya dari awal saya ngomong, kalau olahraga mau maju, jangan ada permainan politik, ya. Kalau sekarang, banyak dramanya, semua serba politis,” katanya dengan nada penuh sindiran.
Pernyataan ini mengarah pada dugaan bahwa ada kepentingan politik tertentu yang menghambat perkembangan cabang-cabang olahraga yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih, meskipun memiliki potensi untuk berkembang.
Hal ini pun menambah ketegangan di kalangan pengurus KONI Kabupaten/Kota dan masyarakat olahraga Babel, yang merasa bahwa keputusan tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor non-teknis, bukan berdasarkan potensi dan kemampuan atlet.
Apa Dampaknya Bagi Kontingen Beltim?
Keputusan pembatalan sejumlah cabang olahraga ini tentu saja membawa dampak langsung bagi persiapan kontingen Kabupaten Belitung Timur.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, KONI Beltim telah mempersiapkan sejumlah atlet dan pelatih untuk bertanding di cabang-cabang yang kini tidak dipertandingkan, seperti senam dan panjat tebing.
Sejumlah atlet Beltim yang sudah melakukan persiapan intensif pun kini terpaksa harus menghadapi ketidakpastian tentang nasib mereka dalam ajang Porprov mendatang.
Bagi Hendro, hal ini adalah sebuah kerugian besar, bukan hanya bagi kontingen Beltim, tetapi bagi perkembangan olahraga secara keseluruhan di provinsi ini.
“Kami di Beltim sudah mempersiapkan dengan baik, sudah punya atlet yang siap bersaing. Tapi keputusan ini malah menghalangi potensi mereka untuk bertanding dan berprestasi,” ujar Hendro dengan kecewa.
Harapan KONI Beltim dan Atlet
Di tengah kekecewaannya, Hendro tetap berharap agar panitia besar Porprov VII 2026 segera meninjau ulang keputusan yang diambil dalam Rakornis.
“Kalau mau prestasi kita maju, kita mohon kepada Gubernur Kepulauan Bangka Belitung untuk bisa memperhatikan ini dengan lebih serius. Kami ingin olahraga di Bangka Belitung bisa lebih maju lagi,” pinta Hendro dengan penuh harapan.
Meskipun begitu, harapan Hendro dan seluruh pengurus KONI Beltim adalah agar para atlet yang tidak mendapatkan kesempatan bertanding di cabang-cabang yang batal dipertandingkan tidak kehilangan semangat.
Mereka berharap para atlet tetap bisa berlatih dan mengembangkan kemampuan mereka, dengan harapan ada kesempatan di ajang lain untuk menunjukkan prestasi.
Kontroversi yang Belum Selesai
Keputusan ini tentunya masih menyisakan kontroversi. Dalam dunia olahraga, tidak hanya prestasi yang menjadi ukuran, tetapi juga bagaimana pembinaan dan perhatian yang diberikan kepada berbagai cabang olahraga.
Proses seleksi yang transparan dan adil dalam menentukan cabang olahraga yang dipertandingkan adalah kunci untuk menjaga semangat atlet dan pengurus KONI di seluruh Babel.
Jika hal ini terus berlanjut tanpa adanya perubahan, tidak menutup kemungkinan bahwa persiapan kontingen Babel, termasuk Beltim, akan terganggu.
Ini adalah masalah serius yang harus segera diselesaikan oleh pihak berwenang, agar harapan untuk mencetak atlet berprestasi di Porprov 2026 tidak sirna hanya karena keputusan yang terkesan dipengaruhi oleh faktor-faktor luar yang tidak relevan. | MusiEkspress.Com | */Redaksi | *** |

