MusiEkspress.Com | JSCgroupmedia ~ Kisah enam atau sekitar tujuh tahun lalu, masalah DIM atau Daerah Istimewa Minangkabau yang diusulkan oleh beberapa inisiatornya yang berasal dari ranah juga rantau telah menggema di Jakarta pada waktu itu, tepatnya acara digelar di Ballroom Kantor Gedung Penghubung Provinsi Sumatera Barat di Jakarta.
Sebagai salahsatu yang hadir waktu itu, Rajo Ameh menjelaskan pemaparan dan penjelasan tentang DIM Daerah Istimewa Minangkabau yang direncanakan sebagai nama baru dari Provinsi Sumatera Barat tidaklah jelas secara menyeluruh dan utuh, bahkan terkesan seperti acara seremoni saja yang menjadi pelengkap untuk disampaikan kepada DPR-RI pada waktu itu,” demikian Rajo Ameh dari Bangka Belitung.
Sebagai salahsatu perantau dan sebagai salahsatu Putra Minangkabau, Rajo Ameh mengatakan tidak jelas arah dan tujuannya secara mendasar dan lagian ini sebuah keinginan segelintir urang ranah atau sebaliknya hanya keinginan segelintir urang rantau saja atau memang pernah ada komunikasi antara ranah dan rantau. “Inilah yang menjadi pertanyaan saya selama ini, karena masyarakat perantau Minangkabau yang mendengar dan menanggapi hal itu hanya dingin saja bahkan terkesan cuek,” tutur Rajo Ameh.
Dan anehnya, beberapa bulan silam, masalah DIM kembali timbul dan sempat menghangat tapi sekarang adem lagi, jadi sepertinya sebuah keinginan yang tidak jelas atas pengajuan perubahan nama Provinsi Sumatera Barat menjadi Provinsi Daerah Istimewa Minangkabau ini,’ ungkap Rajo Ameh kepada media.
Kami yang di perantauan tetap berkeinginan yang terbaik untuk Sumatera Barat yang merupakan Ranah Minang kita bersama dan tentunya juga sesuatu untuk Sumatera Barat harus menjadi keinginan bersama bukan keinginan segelintir orang atau untuk sekelompok orang saja,” tutup Rajo Ameh pemilik JSCgroupmedia dan ArtaSariMediaGroup ini.
Sementara itu ditempat terpisah dan dilansir dari Minang Satu, H Arisal Aziz, Anggota DPR RI Dapil Sumbar 2 menegaskan pentingnya pengakuan Daerah Istimewa Minangkabau sebagai wujud penghormatan terhadap kekhasan budaya dan filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
Hal ini disampaikan dalam acara Silaturahmi Ninik Mamak yang digelar di Hotel Mercure, Padang, Minggu (2/2/2025) lalu. Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Umum Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, Prof. Dr. Fauzi Bahar, M.Si Dt Nan Sati, serta ratusan perwakilan ninik mamak se-Sumatera Barat.
Arisal Aziz membuka Undang-Undang No. 17 Tahun 2022 tentang Provinsi Sumatera Barat yang menegaskan bahwa Sumbar berlandaskan filosofi ABS-SBK. Menurutnya, kekhasan ini menjadi alasan kuat untuk mendorong perwujudan Daerah Istimewa Minangkabau (DIM).
“Sumatera Barat memiliki identitas budaya yang unik dan mendalam. Pengakuan sebagai daerah istimewa akan memperkuat eksistensi dan kemajuan daerah ini,” ujarnya.
Selain fokus pada status istimewa Sumbar, Arisal Aziz juga mengusulkan pemindahan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Muara Padang yang terletak di kawasan Pantai Padang. Lokasi Lapas yang berdekatan dengan pantai dinilai rentan terhadap ancaman tsunami.
Beberapa alternatif lokasi, seperti Lubuk Buaya atau kawasan Jalan By Pass, sedang disurvei untuk memastikan keamanan dan kenyamanan bagi narapidana dan petugas.
“Relokasi Lapas Muara Padang adalah langkah antisipatif untuk mengurangi risiko bencana. Kita harus memprioritaskan keselamatan warga, termasuk mereka yang berada di dalam Lapas,” tegas Arisal.
Melalui Indah Cargo Logistik, Arisal Aziz juga menyiapkan program sosial berupa penyediaan ambulans gratis bagi setiap kabupaten/kota di Sumbar. Ambulans ini akan digunakan untuk layanan kesehatan darurat dan pengantaran jenazah. Program ini diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan, terutama di daerah terpencil.
“Kami berkomitmen untuk memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat Sumbar. Ambulans gratis ini adalah bentuk kepedulian kami terhadap kebutuhan dasar warga,” ujar Arisal.
Di Kota Pariaman, Arisal Aziz mendukung pembangunan pesantren modern di atas lahan seluas 10 hektare. Pesantren ini tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga dilengkapi dengan lapangan sepakbola bertaraf nasional serta Akademi Sepakbola. Tujuannya adalah melahirkan santri yang tidak hanya unggul dalam ilmu agama, tetapi juga menjadi atlet sepakbola profesional.
“Pesantren modern ini akan menjadi pusat pendidikan yang holistik, menggabungkan nilai-nilai keagamaan dengan pengembangan bakat olahraga,” jelas Arisal.
Sebagai tindak lanjut dari dialog ini, direncanakan Pertemuan Gadang Ninik Mamak pada April 2025. Acara ini akan menghadirkan anggota DPR-RI asal Sumbar serta anggota DPR-RI dari berbagai daerah pemilihan (dapil) yang memiliki darah Minangkabau.
Pertemuan ini bertujuan untuk memperkuat sinergi antara tokoh adat, pemerintah, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan pembangunan di Sumbar. | MusiEkspress.Com | *** |
1 Comment
keinginan siapa